Minggu, 02 Desember 2007

Kesimpulan

Sebagai produk jamu kuat yang diproduksi pada akhir tahun 1980-an, desain label Jamu Jakula telah cukup baik karena telah dapat mengkomunikasikan pesan mengenai produk tersebut dengan baik. Desain label juga tidak terlalu rumit, sehingga telah berkesan modern, namun tidak melupakan unsur tradisional. Kombinasi gaya desain dan pengaruh budaya yang beragam juga telah ditampilkan dengan cukup baik terlepas dari disengaja atau tidaknya kombinasi tersebut.
Demikianlah kesimpulan kami mengenai desain Jamu Jakula.

Proses Pembuatan Jamu




bibliography:
http://www.nyonyameneer.com/indonesia/tentang-jamu-pembuatan.php

Data Teknis Jakula (revised)






Jenis rancangan : Kemasan

Jenis produk : Jamu sehat

Nama produk : Jakula

Nama Produsen : P.T. Tenaga Tani Farma

Alamat produk : Banda Aceh

Nomor daftar legal : N/A

Lembaga berwenang : N/A

Nomor hak paten : N/A

Dimensi :
tertutup: 60mm x 79 mm
terbuka: 120 mm x 79 mm

Warna : background putih dengan font dan gambar berwarna merah

Teknik Produksi : handpress

Material : Kertas

Visual yang tampak:

Elemen utama:
Ilustrasi pria muda yang menampilkan otot-ototnya

Elemen pendukung:
1. Motif dekoratif tumbuhan
2. Tulisan “Tenaga Tani Farma”
3. Elemen Pita
4. Kata “SPECIAL”
5. Tipografi Sans Serif dan Serif
6. Warna Merah
7. Logo “Tenaga Tani Farma”
8. Format: vertikal
Efek : simplifikasi

Teknik Cetak

Berdasarkan penelitian kami dari berbagai sumber sebagai berikut:
1. dari situs PT. Kesaint Blanc Indah Corp.

"PT. Kesaint Blanc Indah Corp. didirikan pada tanggal 12 Juni 1979.
Sesuai dengan Akte Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, S.H., No. 17 tanggal 12 Juni 1979,
maksud dan tujuan perseroan adalah menjalankan usaha dalam bidang percetakan dan penerbitan. DIVISI PERCETAKAN
Percetakan merupakan cikal bakal PT. Kesaint Blanc Indah Corp. Modal awal percetakan ini adalah sebuah mesin handpress"


2. dari jurnal ilmiah Nirmana Universitas Kristen Petra

"Gaya indies (suatu sebutan bagi segala produk budaya pada masa akhir kolonialisme Hindia Belanda pada awal abad 20) diterapkan pada rancangan desain grafis dengan kekuatan kontur garis pembentuk obyek yang sangat luwes, rapi, dan artistic dipadu dengan warna-warna datar cenderung kusam proses cetak handpress. Gaya ini menjadi arus utama visualisasi perancangan desain cetak awal abad 20. Gaya indies sendiri merupakan gaya campuran antara gaya desain modern yang berkembang di Eropa pada abad 19 sampai awal abad ke-20 (seperti gaya Victorian, Art Deco, Plakatstil, Art Nouveau) dengan eksotisme seni rupa tradisional Indonesia yang dipelopori oleh seniman-seniman atau perancang grafis Belanda (dari para dokumentator visual jaman VOC sampai para perancang professional iklan yang didatangkan oleh perusahaan periklanan ANETA)."


maka kami memyimpulkan bahwa kemungkinan besar teknik cetak yang digunakan untuk mencetak kemasan Jakula adalah teknik handpress.

bibliography:

1. www.kesaintblanc.com

2. Riyanto, Bedjo. Gaya Indies: Gaya Desain Grafis Indonesia Tempo Doeloe. Dimuat dalam Jurnal Ilmiah Nirmana edisi Juli 2005 hal. 134-143. Surabaya: Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra. Didownload dari http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV oleh Bedjo Riyanto

Minggu, 25 November 2007

Pengaruh budaya dan desain pada Label Jamu Sehat “Jakula”

Jamu Jakula merupakan produk jamu kuat yang berasal dari Aceh. Aceh sendiri adalah wilayah yang memiliki budaya yang kaya dan unik. Sebagai wilayah pelabuhan yang ramai sejak berabad-abad yang lalu, Aceh selalu ramai didatangi oleh berbagai bangsa asing, termasuk di dalamnya bangsa Arab, China, Eropa, dan India. Akibatnya, tidaklah mengherankan bila budaya Aceh sendiri pun terpengaruh dan mengalami asimilasi dengan budaya bangsa-bangsa tersebut di atas.

Hal ini juga berpengaruh pada gaya desain dari kemasan Jamu Sehat “Jakula”.
Setelah melalui penyelidikan yang panjang, kami berhasil menyimpulkan pengaruh budaya dala desain Jamu Sehat “Jakula” sebagai berikut:
1. Pengaruh budaya Islam
Budaya Islam tampak pada motif dari tumbuhan yang melingkari sosok pria kuat. Ternyata motif tersebut merupakan motif yang banyak digunakan dalam desain Islami.




ornamen Islam

2. Pengaruh budaya Barat
Hal ini tampak pada penggunaan elemen pita dan penggunaan beberapa kata dalam bahasa Inggris yaitu “trademark” dan “special”

Lambang Kerajaan Belanda

Hal ini juga terasa dalam lay-out label “Jakula” di mana terasa adanya pengaruh dari gaya Plakatstil atau gaya Plakat, yaitu suatu gerakan desain modern di Jerman awal
abad ke-20 yang memfokuskan pada satu obyek image produk dengan kalimat teks yang minimal serta penggunaan tipografi yang sangat lugas dan tegas (bold). Aplikasinya pada kemasan Jakula terlihat dari penggunaan 1 image utama yang sentries meskipun juga ditambah beberapa elemen pendukung, serta penggunaan teks yang sederhana, legible, dan bold.

Gaya desain dalam label Jakula:
1. Art Nouveau, terlihat dari penggunaan berbagai jenis font dalam label Jamu Jakula, juga penggunaan elemen dekoratif tumbuhan dengan ilustrasi berkesan 2 dimensi dan ruang kosong yang cukup banyak.

The Kiss oleh Gustav Klimt, salah satu karya Art Nouveau

Buku berisi karya-karya Art Nouveau oleh Alphonse Mucha

2. Gaya plakatstil di mana terdapat satu image sebagai titik pusat yang terletak di tengah dengan penggunaan font yang sederhana, mudah terbaca dan cukup bold. Meskipun demikian, gaya tersebut tidak diaplikasikan 100% melainkan masih dicampur dengan gaya lainnya.
Karya Plakatstil oleh seniman Jerman Franz Stuck (1911)

3. Gaya indies (suatu sebutan bagi segala produk budaya pada masa akhir kolonialisme Hindia Belanda pada awal abad 20) diterapkan pada rancangan desain grafis dengan kekuatan kontur garis pembentuk obyek yang sangat luwes, rapi, dan artistic dipadu dengan warna-warna datar cenderung kusam proses cetak handpress. Gaya ini menjadi arus utama visualisasi perancangan desain cetak awal abad 20. Gaya indies sendiri merupakan gaya campuran antara gaya desain modern yang berkembang di Eropa pada abad 19 sampai awal abad ke-20 (seperti gaya Victorian, Art Deco, Plakatstil, Art Nouveau) dengan eksotisme seni rupa tradisional Indonesia yang dipelopori oleh seniman-seniman atau perancang grafis Belanda (dari para dokumentator visual jaman VOC sampai para perancang professional iklan yang didatangkan oleh perusahaan periklanan ANETA).


contoh karya dengan gaya indies: iklan Roko Prijaji Sigaret


Bibliography:


  1. Islamic Design. The Pepin Press. Agile Rabbit Edition

  2. Riyanto, Bedjo. Gaya Indies: Gaya Desain Grafis Indonesia Tempo Doeloe. Dimuat dalam Jurnal Ilmiah Nirmana edisi Juli 2005 hal. 134-143. Surabaya: Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra. Didownload dari http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV oleh Bedjo Riyanto

Formalistik, Ekspresionistik dan Instrumentalistik Jakula

Tinjauan label Jamu Jakula



Formalistik:
1. Ilustrasi pria muda yang menampilkan otot-ototnya
2. Motif dekoratif tumbuhan
3. Tulisan “Tenaga Tani Farma”
4. Elemen Pita
5. Kata “SPECIAL”
6. Tipografi Sans Serif dan Serif
7. Warna Merah
8. Logo “Tenaga Tani Farma”
9. Format: vertikal
Efek : simplifikasi

Ekspresionistik:
1. Ilustrasi pria muda berotot menunjukkan bahwa Jakula dikhususkan untuk meningkatkan vitalitas pria
2. Motif dekoratif tumbuhan melambangkan bahwa Jakula merupakan produk dari bahan-bahan alami
3. Kata “Tani” dari “Tenaga Tani Farma” melambangkan kesuburan
4. Elemen pita sebagai pendukung dan dekorasi
5. Kata “SPECIAL” mengandung pesan bahwa ini bukanlah produk tradisional sembarangan
6. Tipografi Sans Serif dan Serif menunjukkan kesan modern tanpa melupakan unsur keluwesan
7. Warna Merah melambangkan kejantanan
8. Logo “Tenaga Tani Farma” dimaksudkan agar konsumen mengenali perusahaan ini sebagai produsen jamu bermutu
9. Format vertikal menunjukkan kesan tegak dan kokoh

Instrumentalistik:
Pengaruh kebudayaan (dijelaskan lebih lengkap dalam posting berikutnya) yang tampak pada label Jamu Jakula adalah:
1. Pengaruh budaya Islam
Budaya Islam tampak pada motif dari tumbuhan yang melingkari sosok pria kuat. Ternyata motif tersebut merupakan motif yang banyak digunakan dalam desain Islami.
2. Pengaruh budaya Barat
Hal ini tampak pada penggunaan elemen pita dan penggunaan beberapa kata dalam bahasa Inggris yaitu “trademark” dan “special”
Hal ini juga terasa dalam lay-out label “Jakula” di mana terasa adanya pengaruh dari gaya Plakatstil.

Gaya desain (dijelaskan lebih lengkap dalam posting berikutnya) dalam label Jakula:
1. Art Nouveau, terlihat dari penggunaan berbagai jenis font dalam label Jamu Jakula
2. Gaya plakatstil di mana terdapat satu image sebagai titik pusat yang terletak di tengah dengan penggunaan font yang sederhana, mudah terbaca dan cukup bold.
Meskipun demikian, gaya tersebut tidak diaplikasikan 100% melainkan masih dicampur dengan gaya lainnya.
3. Gaya indies (suatu sebutan bagi segala produk budaya pada masa akhir kolonialisme Hindia Belanda pada awal abad 20) diterapkan pada rancangan desain grafis dengan kekuatan kontur garis pembentuk obyek yang sangat luwes, rapi, dan artistic dipadu dengan warna-warna datar cenderung kusam proses cetak handpress. Gaya ini menjadi arus utama visualisasi perancangan desain cetak awal abad 20.

Konteks sosial: Jamu Jakula menampilkan sosok pria berotot dalam labelnya. Hal ini menunjukkan bahwa pria yang dianggap berstamina dan kuat oleh masyarakat adalah pria yang berotot, padahal tidak berarti pria yang kurus lantas menjadi tidak kuat. Pada masa itu, definisi pria berotot juga bukanlah pria berbadan sixpack dengan otot yang sangat kekar seperti sekarang. Dalam kemasan-kemasan Jakula berikutnya, kita bisa melihat bahwa ilustrasi pria yang ditampilkan semakin besar ototnya. Masyarakat Aceh (yang mayoritas beragama Islam) pada masa itu juga telah cukup modern sehingga dapat menerima ilustrasi manusia yang sebenarnya dilarang oleh agama Islam. Meskipun demikian, nuansa agama Islam masih kental terasa dari ornamen tumbuhan pada label. Masyarakat pada masa itu juga telah menganggap bahasa Inggris sebagai bahasa yang penting dan bergengsi, juga tampak adanya percampuran budaya Barat dalam label yang menunjukkan bahwa teknologi telah mulai berkembang yang memungkinkan percampuran budaya dengan cepat dan mudah.

Sejarah Jakula

SEJARAH JAKULA
Bermula dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang secara turun temurun mengkonsumsi jamu sebagai vitamin maupun obat, bahkan munculnya kategori jamu untuk wanita, anak-anak maupun pria yang umumnya dipercaya dapat menambah vitalitas seksual. Salah satunya adalah; Jakula - jamu Sehat Pria (kemasan yang kami bahas) adalah adalah produk yang diproduksi oleh Tenaga Tani Farma yang muncul sekitar akhir era 70’an.


Evolusi label Jakula:


Label Jakula generasi pertama





Label Jakula generasi kedua




Label Jakula saat ini


Adapun fungsi yang tertera pada kemasan modern saat ini adalah sebagai berikut:

  1. Meningkatkan kekuatan pria.
  2. Memulihkan stamina badan yang sakit.
  3. Menguatkan otot dan persendian.
  4. Meningkatkan semangat, gairah dan harmoni dalam kehidupan perkawinan.
  5. Menguatkan otot pinggang.
  6. Dosis yang dianjurkan adalah 3x 2 pil sehari, diminum secara teratur dan terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Tenaga Tani Farma didirikan tahun 1974, berlokasi di Banda Aceh. Awalnya, sekitar tahun 1969, pendiri perusahaan ini bereksperimen membuat formula jamu untuk mengobati berbagai macam penyakit dari bagian-bagian tumbuhan yang diproses secara sederhana. Seiring waktu dan berdasarkan berbagai pertimbangan umtuk meraik pasar yang lebih besar, perusahaan ini berpindah ke Jakarta. Kemudian di tahun 1995, sertifikat GMP (Good Manufacturing Practices)diraih atas usaha penerapan teknologi modern di pabrik Tenaga Tani Farma. Produk Jakula sendiri telah diekspor sampai ke negara tetangga kita, Malaysia.

Demikianlah sejarah singkat mengenai produk Jakula.

Bibliography: http://www.tenagatanifarma.com/