Tinjauan label Jamu Jakula
Formalistik:
1. Ilustrasi pria muda yang menampilkan otot-ototnya
2. Motif dekoratif tumbuhan
3. Tulisan “Tenaga Tani Farma”
4. Elemen Pita
5. Kata “SPECIAL”
6. Tipografi Sans Serif dan Serif
7. Warna Merah
8. Logo “Tenaga Tani Farma”
9. Format: vertikal
Efek : simplifikasi
Ekspresionistik:
1. Ilustrasi pria muda berotot menunjukkan bahwa Jakula dikhususkan untuk meningkatkan vitalitas pria
2. Motif dekoratif tumbuhan melambangkan bahwa Jakula merupakan produk dari bahan-bahan alami
3. Kata “Tani” dari “Tenaga Tani Farma” melambangkan kesuburan
4. Elemen pita sebagai pendukung dan dekorasi
5. Kata “SPECIAL” mengandung pesan bahwa ini bukanlah produk tradisional sembarangan
6. Tipografi Sans Serif dan Serif menunjukkan kesan modern tanpa melupakan unsur keluwesan
7. Warna Merah melambangkan kejantanan
8. Logo “Tenaga Tani Farma” dimaksudkan agar konsumen mengenali perusahaan ini sebagai produsen jamu bermutu
9. Format vertikal menunjukkan kesan tegak dan kokoh
Instrumentalistik:
Pengaruh kebudayaan (dijelaskan lebih lengkap dalam posting berikutnya) yang tampak pada label Jamu Jakula adalah:
1. Pengaruh budaya Islam
Budaya Islam tampak pada motif dari tumbuhan yang melingkari sosok pria kuat. Ternyata motif tersebut merupakan motif yang banyak digunakan dalam desain Islami.
2. Pengaruh budaya Barat
Hal ini tampak pada penggunaan elemen pita dan penggunaan beberapa kata dalam bahasa Inggris yaitu “trademark” dan “special”
Hal ini juga terasa dalam lay-out label “Jakula” di mana terasa adanya pengaruh dari gaya Plakatstil.
Gaya desain (dijelaskan lebih lengkap dalam posting berikutnya) dalam label Jakula:
1. Art Nouveau, terlihat dari penggunaan berbagai jenis font dalam label Jamu Jakula
2. Gaya plakatstil di mana terdapat satu image sebagai titik pusat yang terletak di tengah dengan penggunaan font yang sederhana, mudah terbaca dan cukup bold.
Meskipun demikian, gaya tersebut tidak diaplikasikan 100% melainkan masih dicampur dengan gaya lainnya.
3. Gaya indies (suatu sebutan bagi segala produk budaya pada masa akhir kolonialisme Hindia Belanda pada awal abad 20) diterapkan pada rancangan desain grafis dengan kekuatan kontur garis pembentuk obyek yang sangat luwes, rapi, dan artistic dipadu dengan warna-warna datar cenderung kusam proses cetak handpress. Gaya ini menjadi arus utama visualisasi perancangan desain cetak awal abad 20.
Konteks sosial: Jamu Jakula menampilkan sosok pria berotot dalam labelnya. Hal ini menunjukkan bahwa pria yang dianggap berstamina dan kuat oleh masyarakat adalah pria yang berotot, padahal tidak berarti pria yang kurus lantas menjadi tidak kuat. Pada masa itu, definisi pria berotot juga bukanlah pria berbadan sixpack dengan otot yang sangat kekar seperti sekarang. Dalam kemasan-kemasan Jakula berikutnya, kita bisa melihat bahwa ilustrasi pria yang ditampilkan semakin besar ototnya. Masyarakat Aceh (yang mayoritas beragama Islam) pada masa itu juga telah cukup modern sehingga dapat menerima ilustrasi manusia yang sebenarnya dilarang oleh agama Islam. Meskipun demikian, nuansa agama Islam masih kental terasa dari ornamen tumbuhan pada label. Masyarakat pada masa itu juga telah menganggap bahasa Inggris sebagai bahasa yang penting dan bergengsi, juga tampak adanya percampuran budaya Barat dalam label yang menunjukkan bahwa teknologi telah mulai berkembang yang memungkinkan percampuran budaya dengan cepat dan mudah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar