Kamis, 20 September 2007

Pembahasan Artikel Hubungan Sejarah Aceh dan Tiongkok

PEMBAHASAN ARTIKEL “HUBUNGAN SEJARAH ACEH DAN TIONGKOK”

Poin-poin penting yang kami dapat dari artikel tersebut adalah:
▪ Jadi jauh sebelum kerajaan Aceh Darussalam berdiri,
komunitas Tionghoa telah berada di Aceh sejak abad ke-13.
▪ Orang Aceh mendapatkan ilmu pembuatan meriam ini dari orang
Tionghoa. Demikian juga dengan
pertenakan sutera yang sudah dikuasai oleh orang Aceh yang
kemungkinan besar diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa.
▪ Pernah pada jaman Sultan Iskandar Thani ini orang Tionghoa
dikenakan larangan untuk tinggal di wilayahnya, karena dianggap
memelihara Babi. Pada jaman Iskandar Thani ini di ibukota kerajaan
telah dibangun sebuah taman yang dinamakan "Taman Ghairah", diceritakan
bahwa didalam taman itu telah dibangun sebuah "Balai Cina"
(paviliun) yang dibuat oleh para pekerja orang Tionghoa.
▪ Peranan orang Tionghoa dibidang perdagangan di Aceh diperkirakan
bertambah besar pada paruh kedua abad ke-17.
▪ Lonceng atau genta yang terkenal dan termasyhur (icon kota Banda
Aceh) di Aceh ini sekarang diletakkan di Musium Aceh, Banda Aceh.
Lonceng yang dibawa oleh Cheng Ho ini adalah pemberian Kaisar
Tiongkok, pada abad ke-15 kepada Raja Pasai.
▪ Pembangunan masjid Baiturrahman ini dilaksanakan oleh seorang
pemborong atau kontraktor Tionghoa yang bernama Lie A Sie.. Para pekerjanya-pun hampir
sebagian besar terdiri dari pekerja orang Tionghoa
▪ Jaman Orba (Suharto) adalah masa-masa yang gelap dalam sejarah
komunitas Tionghoa di Aceh. Pada 8 Mei 1966, Pangdam Aceh Brigjen
Ishak Djuarsa (orang Sunda, bukan Aceh) mengumumkan untuk mengusir
semua warga Tionghoa dari Aceh sebelum 17 Agustus 1966
▪ demo-demo anti Tionghoa sampai sekarang tidak
cukup untuk mematahkan dominasi Tionghoa dalam perekonomian setempat
▪ Akibat
sentimen anti Tionghoa yang keras pada saat itu banyak warga Tionghoa
meninggalkan Aceh
sekitar 60% pertokoan di Banda Aceh milik warga
Tionghoa). Tidak semua warga Tionghoa itu ekonominya berkecukupan
atau kaya di Banda Aceh, warga Tionghoa yang miskin-pun dapat
dijumpai disana
▪ Aceh
dikenal dengan singkatan sebagai (A)rab, (C)ina, (E)ropah, (H)
industan atau India.


Kesimpulan:
Aceh sejak jaman dahulu kala (sekitar abad ke-13) telah menjadi rumah bagi komunitas Tionghoa dan seiring dengan berjalannya waktu masyarakat Tionghoa telah memberi banyak sumbangan dan memegang peranan yang cukup penting dalam berbagai aspek kehidupan (terutama aspek ekonomi) masyarakat Aceh.

Fakta bahwa masyarakat Tionghoa telah ada sejak lama di Aceh juga menimbulkan kemungkinan yang sangat besar akan adanya percampuran budaya baik berupa asimilasi maupuan akulturasi dengan budaya setempat.

Meskipun sempat beberapa kali mengalami berbagai hal yang tidak menyenangkan dari penduduk setempat, masyarakat Tionghoa tetap mampu bertahan, bahkan dapat dikatakan cukup mendominasi dalam perekonomian Aceh.

Oleh karena itu, sangatlah besar kemungkinan adanya pengaruh budaya Tionghoa dalam label jamu Jakula, bahkan mungkin pemilik dari Tenaga Tani Farma (produsen Jamu Jakula) berasal dari etnis Tionghoa.

Demikian kesimpulan yang kami peroleh dari artikel tersebut.

Bibliography: http://www.budaya-tionghoa.org/modules.php?name=News&file=print&sid=506

Tidak ada komentar: