Minggu, 16 September 2007

Ringkasan artikel BUANA MINGGU; Tgl/hlm: 1988-11-27-X / 1-4

Keterangan: Data berikut ini, walaupun bukan menyangkut budaya Aceh, namun data ini cukup menarik karena ternyata masyarakat Minangkabau gemar menggunakan motif tumbuhan. Hal ini mengingatkan kami pada hiasan tumbuhan yang terdapat di label JAKULA.. Hal ini mungkin dikarenakan letak Aceh dan Sumatera Barat (Minangkabau) yang cukup dekat.

KHASANAH BUDAYA NUSANTARA – Mengenal budaya Minangkabau

BENTUK DASAR RAGAM HIAS MINANGKABAU
Sebagaimana juga halnya dengan cabang-cabang seni (seni rupa) yang lain, seni ukir Minangkabau berorientasi pada alam. Seluruh motif, ukiran yang diciptakan dikembalikan pada sifat gejala dan bentuk alam.
Bentuk-bentuk alam yang dijadikan motif ragam hias tidak diungkapkan secara realistis atau naturalistis, tetapi bentuk-bentuk tersebut distilasi menjadi motif-motif dekoratif ornamentik.
Nama-nama motif ragam hias Minangkabau dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Nama Tumbuhan
Bentuknya tidak selamanya dapat disesuaikan dengan bentuk visual motifnya dan tidak selamanya motif itu mencerminkan bentuk yang sesuai dengan namanya. Beberapa nama yang cukup menonjol yang berasal dari nama tumbuhan antara lain; Aka Bapilin (Akar Berjalin), Aka Barayun (Akar Berayun), Aka Taranang (Akar Terapung), Bungo Palo (Bunga Pala), Bunga Matoari (Bunga Matahari), Kaluak Paku (Lengkung Pakis), Pucuak Rabuang (pucuk Rebung), dll.
2. Nama Binatang
Nama-nama motif yang berasal dari nama-nama binatang mencapai jumlah 21 motif (tidak disebutkan apa saja motifnya), diambil dari nama-nama binatang yang terdapat dalam lingkungan Minangkabau sendiri. Motif-motif ini juga tidak langsung terlihat seperti bentuk-bentuk binatang itu sendiri. Motifnya pun mirip dengan motif-motif yang berasal dari tumbuhan. Contohnya antara lain; Ayam Mancotok dalam Kandar (ayam mematuk dalam kandang), Bada Mudiak (Ikan Berenang Beriringan ke Hulu) dsb.
3. Nama Benda dan Manusia
Nama benda yang dipakai antara lain; Aie Bapeso (air berputar), Ati-ati (bentuknya menyerupai hati), Kipeh Cino (kipas Cina) dan masih banyak lagi yang lainnya. Jumlah motif ini mencapai 31 buah, diantaranya juga terdapat nama manusia sepertoi Ambun Dewi, Si Ganjua Lalai (nama gadis) dll.

ARTI YANG TERKANDUNG PADA MOTIF RAGAM HIAS MINANGKABAU
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ragam hias Minangkabau mengambil motif dengan meniru alam. Sifat ini juga berlaku pada sendi-sendi kehidupan masyarakat. Sifat-sifat dan tingkah laku alam tersebut dituangkan pada kata-kata adat yang dituangkan turun temurun sebagai pengetahuan yang berguna bagi pengaturan kehidupan dan perilaku masyarakat.
Pada ragam hias motif Minangkabau, namyak motif yang dihubungkan dengan kata-kata adat yang mengatur perilaku kehidupan manusia. Para ahli ukir jaman dahulu rupanya berusaha untuk mengabadikan atau memvisualisasikan kata-kata adat tersebut ke dalam bentuk-bentuk ukiran dengan harapan bahwa motif tersebut akan menggugah dan mengingatkan para penikmatnya akan nasehat-nasehat yang terkandung di dalamnya.
Motif yang sulit dikenali karena nama dan bentuk visualnya yang tidak mirip agaknya berhubungan dengan adanya larangan agama untuk melukiskan makhluk hidup pada gambar atau ukiran.
Ukiran dan ragam hias Minangkabau berdasarkan adat adalah pembawa pesan-pesan adat, bukan kemauan pribadi senimannya. Hal ini berlangsung ketat. Dengan demikian seni ukir atau motif Minangkabau selain berfungsi sebagai elemen keindahan juga berfungsi sebagai pendidik dan pedoman bagi masyarakat dengan perlambangan dan kata-kata adat yang dikandungnya.



Bibliography: BUANA MINGGU; Tgl 1988-11-27-X / hlm 1-4

Tidak ada komentar: