Minggu, 16 September 2007

Ringkasan artikel: BERITA BUANA; Tgl/hlm: 1986-05-10.IV / 6-9

“Andaikata Senjata Tradisional Bisa Bicara (2) – Motif Naga datang dari Cina
Motif-motif ukiran yang tampak pada pada sarung rencong umumnya berkisar pada hiasan ornamental, deformasi burung, kupu-kupu, ular, kepala naga, dsb.
Melihat bentuk rencong seluruhnya yang agak melengkung maka ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa bentuk rencong Aceh berasal dari bentuk “Jambia” yang dipakai oleh bangsa Turki dan bangsa Mogul. Senjata Jambia yang berasal dari kedua bangsa tersebut dibawa oleh pedagang-pedagang Arab yang berkelana di daerah Koromandel (India) untuk kemudian diperdagangkan ketika mereka meneruskan perjalanan ke Aceh pada permulaan abad ke-13. Senjata-senjata tikam yang berasal dari Turki dan dari bangsa Mogul sangat digemari karena terbukti keampuhannya dalam menaklukkan musuh-musuh mereka masing-masing yaitu ketika bangsa Turki menguasai daerah Yunani dan Austria; dan bangsa Mogul menguasai India Utara pada permulaan abad ke-16. Senjata-senjata itu dibubuhi tulisan-tulisan kaligrafis dari ayat-ayat Al Qur’an, yaitu pada kedua belah mata pisau. Namun demikian sesuai dengan daerah-daerah di Aceh (seperti Aceh Tengah atau Aceh Gayo,Aceh Selatan dan lainnya) yang menunjukkan perbedaan-perbedaan etnis, maka bentuk rencong yang berasal dari daerah-daerah itu juga agak berbeda satu dengan yang lainnya. Misalnya saja, selain ada bentuk rencong neupucok, ada juga rencong meukurer ataupun rencong pudoi yang bentuk hulu berukirannya berbeda sekali dengan yang lain.

Ukiran-Ukiran Pada Rencong dan Sarungnya

Berlainan dengan maksud dari motif-motif ukiran yang terdapat pada hulu dan sarung keris yang didasarkan atas kepercayaan pada kharisma perlambangan dan disesuaikan dengan pribadi atau akhlak calon pemilik (pemakai), maka motif-motif yang ditatahkan pada hulu dan dan sarung rencong dibuat atas kehendak atau menurut selera si pemakai sendiri. Misalnya: motif gambar (ayam) jago lebih disukai oleh golongan lelaki yang suka menampilkan sifat keberanian dan kejantanan, sedangkan motif kupu-kupu disukai oleh golongan wanita yang juga mengenakan rencong sebagai pelengkap kostum, atau bilamana mereka ini ikut berjuang dalam pertempuran.. Dengan masuknya kebudayaan Tiongkok di kalangan masyarakat Aceh setelah tahun-tahun 1406, 1415 dan 1431 bagian Aceh Utara dikunjungi oleh seorang utusan dari Kaisar Cina yaitu Cheng-Ho dengan pengikut-pengikutnya dan kemudian menyusul utusan bernama Ma-Huan yang mengunjungi Aru, Nago, Litai dan Lampoli, dengan membawa barang-barang keramik dan porselen Cina, bahan sutera yang bergambar motif naga dan lainnya, maka lambat laun motif naga sebagai lambang kekuasaan dan kejayaan raja juga mulai digemari oleh golongan bangsawan Aceh.
Ukiran-ukiran lain yang terdapat pada hulu rencong merupakan gambar daun-daunan, bunga rantai atau figura-figura geometris yang dibuat secara halus melingkari bagian atas dan bawah dari hulu. Kadang-kadang ukiran semacam itu dibuat pada lapisan emas sebagai pembungkus hulu dan sarung rencong yang dibubuhi bermacam-macam batu permata seperti batu Zamrud, mirah, safir dan intan. Jenis rencong ini kebanyakan dimiliki oleh golongan bangsawan dan hartawan di wilayah Aceh. Kadang-kadang terdapat pula angka-angka yang menunjukkan tahun-tahun kemenangan dalam pertempuran perang Aceh pada bagian hulu atau bagian pangkal dari mata rencong. Ukiran-ukiran atau tatahan-tatahan pada kedua belah mata rencong yang terdiri dari bengkuwang rencong di bagian pangkal dan di bagian batang rencong dinamakan “reukung-reungsuk” dan bersifat sederhana. Di bagian pertengahan atau bagian perut rencong ada tatahan berupa tulisan kaligrafi huruf-huruf Hidayah yang bersumber pada kata-kata dari ayat-ayat Al Qur’an atau sebagian dari kalimah Syahadat.
Dari semua itu dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur kebudayaan Islam berpengaruh lebih besar pada falsafah hidup rakyat Aceh daripada pengaruh kebudayaan dari Tiongkok maupun Eropa yang juga diintroduksikan dalam sistem pendidikan mereka.
Dalam perkembangan seni ukiran yang diterapkan pada pembuatan perhiasan emas dan perak, para seniman Aceh lebih cenderung untuk menciptakan motif-motif ornamental dari lingkungan alam (flora dan fauna) yang dikombinasikan dengan figura-figura geometris.



Bibliography: BERITA BUANA; Tgl 1986-05-10.IV / hlm 6-9

1 komentar:

jadeenrabbani mengatakan...

The Casino at Borgata Hotel & Casino - Mapyro
Welcome to the Casino at 아산 출장샵 Borgata Hotel & Casino. 통영 출장마사지 View real-time driving 군포 출장마사지 directions, or simply see 영천 출장샵 a red flag, to book or complete 통영 출장샵 a